Motif batik sulur dayak
Arti, sejarah dan maknanya:
Ragam hias Dayak Kenyah kebanyakan menampilkan corak sulur
dengan pilin berkait. Penggambaran ragam hias dengan gaya ini
merupakan gaya yang dibawa dari Tiongkok selatan pada zaman
Protomelayu. Ragam hias Dayak Kenyah merupakan stilasi-stilasi
geometris, abstraksi dan penyederhanaan bentuk. Namun secara
visual, ragam hias yang diciptakan kadang kala tidak sama dengan
bentuk sebenarnya. Ragam hias Dayak Kenyah hampir seluruhnya
berupa ukiran dengan tambahan unsur tumbuhan, yaitu berupa sulur
dan binatang serta corak manusia.
Motif Sulur merupakan stilisasi dari bentuk tanaman yang berada
di lingkungan sekitar yaitu tanaman pakis.
Motif Sulur dalam ragam
hias Dayak Kenyah selain sebagai motif pengisi dalam penyusun
suatu ragam hias, kadang berdiri sendiri sebagai motif utama seperti
pada motif lisplang atap. Penerapan motif sulur hampir di seluruh
ragam hias. Motif ini berfungsi sebagai pengisi dan menyatukan motif
yang satu dan motif yang lain.
Ada beberapa bagian dari motif Sulur ini disusun secara simetris
seperti lisplang atap atau motif pinggiran pada hiasan dinding dalam
rumah. Pengembangan motif ini sangat mudah pengembangannya
terutama mengisi ruang-ruang yang kosong dari suatu bidang. Motif
sulur melambangkan keselarasan antara alam dan manusia yang
diwakili dengan motif sulur, selain itu juga sebagai lambang
kesuburan (Alwan, 2006: 82).
Gaya ragam hias Dayak Kenyah yang berbentuk spiral terinspirasi
dari alam, yaitu tumbuhan yang bersulur serta memiliki keunikan,
karena mudah diolah mampu mengisi ruang ukir kemanapun arahnya
secara tak terbatas. Seperti terdapat pada ukiran dinding dan anyaman
manik. Untuk menambahkan tampilan yang maksimal motif-motif
ukir Dayak Kenyah menambahkan sebuah motif sulur (Kelawit) dan
motif Mata Kayu (Kalung Ungeng).
Masyarakat Dayak Kenyah juga memliki kepercayaan terhadap
motif-motif ukir yang selama ini dijadikan ornamen untuk penghias
dinding, baju, atap rumah, dan lain-lain memiliki makna di dalamnya.
Sebagai contoh motif sulur (Kalung Kelawit) memiliki makna
perjalinan kekeluargaan yang tak pernah ada putus-putusnya.
Sumber: Jurnal Karya Seni "Lembuswana kombinasi motif sulur dayak kenyah pada selendang batik"
Arti, sejarah dan maknanya:
Ragam hias Dayak Kenyah kebanyakan menampilkan corak sulur
dengan pilin berkait. Penggambaran ragam hias dengan gaya ini
merupakan gaya yang dibawa dari Tiongkok selatan pada zaman
Protomelayu. Ragam hias Dayak Kenyah merupakan stilasi-stilasi
geometris, abstraksi dan penyederhanaan bentuk. Namun secara
visual, ragam hias yang diciptakan kadang kala tidak sama dengan
bentuk sebenarnya. Ragam hias Dayak Kenyah hampir seluruhnya
berupa ukiran dengan tambahan unsur tumbuhan, yaitu berupa sulur
dan binatang serta corak manusia.
Motif Sulur merupakan stilisasi dari bentuk tanaman yang berada
di lingkungan sekitar yaitu tanaman pakis.
Motif Sulur dalam ragam
hias Dayak Kenyah selain sebagai motif pengisi dalam penyusun
suatu ragam hias, kadang berdiri sendiri sebagai motif utama seperti
pada motif lisplang atap. Penerapan motif sulur hampir di seluruh
ragam hias. Motif ini berfungsi sebagai pengisi dan menyatukan motif
yang satu dan motif yang lain.
Ada beberapa bagian dari motif Sulur ini disusun secara simetris
seperti lisplang atap atau motif pinggiran pada hiasan dinding dalam
rumah. Pengembangan motif ini sangat mudah pengembangannya
terutama mengisi ruang-ruang yang kosong dari suatu bidang. Motif
sulur melambangkan keselarasan antara alam dan manusia yang
diwakili dengan motif sulur, selain itu juga sebagai lambang
kesuburan (Alwan, 2006: 82).
Gaya ragam hias Dayak Kenyah yang berbentuk spiral terinspirasi
dari alam, yaitu tumbuhan yang bersulur serta memiliki keunikan,
karena mudah diolah mampu mengisi ruang ukir kemanapun arahnya
secara tak terbatas. Seperti terdapat pada ukiran dinding dan anyaman
manik. Untuk menambahkan tampilan yang maksimal motif-motif
ukir Dayak Kenyah menambahkan sebuah motif sulur (Kelawit) dan
motif Mata Kayu (Kalung Ungeng).
Masyarakat Dayak Kenyah juga memliki kepercayaan terhadap
motif-motif ukir yang selama ini dijadikan ornamen untuk penghias
dinding, baju, atap rumah, dan lain-lain memiliki makna di dalamnya.
Sebagai contoh motif sulur (Kalung Kelawit) memiliki makna
perjalinan kekeluargaan yang tak pernah ada putus-putusnya.
Sumber: Jurnal Karya Seni "Lembuswana kombinasi motif sulur dayak kenyah pada selendang batik"
Komentar
Posting Komentar